Potret Buram Pendidikan di Pelosok Bogor
Anak-anak di
Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya
Potret buram
pendidikan nasional masih menyisakan cerita pilu. Anak-anak sekolah di pelosok
pedesaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, harus menghadapi kenyataan pahit.
Sudah bertahun-tahun mereka belajar di teras rumah milik warga.
Itulah yang
dialami anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor. Anak-anak kelas SDN Cipinang 3 ini harus belajar tanpa
sarana dan prasarana memadai.
Tanpa meja,
kursi, dan papan tulis. Pakaian lusuh, tak bersepatu, dan belajar saling
berhimpitan tanpa alas tikar menjadi pemandangan sehari-hari.
Berbekal
semangat dan mimpi untuk meraih masa depan yang lebih cerah, anak-anak sekolah
di desa terpencil ini tetap semangat menimba ilmu.
"Kami
mau bersekolah, kami semua mau pandai. Di sinilah kami sekolah, belajar menulis
dan membaca dari bapak ibu guru kami yang baik," tutur Wildan, siswa kelas
jauh SD Negeri Cipinang 3, saat berbincang beberapa waktu lalu.
Anak-anak di
Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya
Wildan dan
teman-temannya merupakan potret buram dari ribuan anak-anak di negeri ini yang harus
belajar dengan fasilitas seadanya. Meskipun harus belajar tanpa sarana dan
prasarana memadai, namun tak membuat semangat mereka surut memperjuangkan masa
depan. Bagi mereka, sekolah menjadi hari-hari yang sangat menyenangkan.
Sekolah
tersebut didirikan atas inisiatif warga Kampung Kebon Cau, pada 2008 silam.
Sebab, lokasi sekolah induk SDN Cipinang 3 sangat jauh.
Untuk
menjangkau ke sekolah induk yang berlokasi di Kampung Joglo, siswa dari Kampung
Kebon Cau harus berjalan menempuh jarak sekitar 4 kilometer menyusuri jalan
berbatu dan berlumpur.
"Saya
kasihan. Saya rela sediakan teras rumah supaya mereka tetap bersekolah,"
ujar Mista, Ketua RT setempat, juga pemilik rumah yang dijadikan tempat
sekolah.
Warga
setempat sudah sering mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar
dibangun gedung sekolah kelas jauh. Akan tetapi, hingga saat ini belum juga
direalisasikan.
"Harapan
kami ada gedung sekolah supaya anak-anak bisa belajar dengan konsentrasi.
Apalagi musim hujan seperti sekarang, mereka kena cipratan air," harapnya.
Meskipun
kondisi sekolah memperihatinkan, namun tiap tahun jumlah siswa yang menimba
ilmu di sekolah kelas jauh terus meningkat.
"Mungkin
karena lokasi sekolah yang paling dekat cuma sekolah ini," ucapnya.
Siswa yang
menimba ilmu di kelas jauh tersebut saat ini berjumlah sekitar 125 orang
terdiri dari kelas 1 hingga kelas 5, dengan diajar oleh tiga orang guru
honorer. Mereka berasal dari warga Kampung Kebon Cau dan Cibodas.
Anak-anak di
Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya
"Untuk
kelas 6 belajar di sekolah induk," kata Siti Kholipah, salah satu guru
kelas jauh.
Minimnya
fasilitas tak membuat anak-anak di wilayah ini putus asa. Bahkan, semangat
anak-anak mendorong para guru di sekolah kelas jauh itu untuk terus mengabdi.
"Anak-anak
tak pernah mengeluh. Mereka tetap bersemangat belajar meski harus berimpitan di
teras. Ini yang membuat saya sangat tertegun," ujar dia.
Hidup
Terisolir
Kampung
Kebon Cau, sebuah kawasan pemukiman warga di Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor. Dusun ini dihuni oleh sekitar 67 KK dari Komunitas Adat
Terpencil yang hidupnya dalam lingkaran kemiskinan.
Rata-rata
warga kampung ini hidup sebagai penggali batu. Belum terbangunnya akses jalan
lintas desa membuat warga hidup terisolir. Satu-satunya akses menuju Kampung
Kebon Cau dan Kampung Cibodas dengan menyusuri jalan yang hanya bisa dilalui
roda dua. Itu pun kondisi jalan berbatu dan licin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar